PENGARUH FILM HOROR DI TELEVISI TERHADAP POLA PIKIR ANAK USIA DINIMakalahDiajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan KewarganegaraanDisusun oleh :Nama : Puji NurdiahNISN : 9966490922Kelas : XII.IPA 6Program : IPADINAS PENDIDIKANKABUPATEN BEKASISMA NEGERI 1 CIBARUSAHJalan Raya Cibarusah- KabupatenBekasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalilasi merupakan arus keterbukaan,
komunikasi, dan transportasi antar bangsa dan negara seolah olah tidak ada
jaraknya karena perkembangan iptek yang semakin canggih dan sangat mudah
diakses, baik oleh orang yang sudah dikategorikan dewasa mupun anak – anak yang
masih dibawah umur.
Proses Globasisasi yang sangat pesat juga
berpengaruh terhadap tayangan Televisi di indonesia, tak jarang industri
pertelevisian di indonessia menayangkan bergagai macam judul Film di tiap
minggunya. Film yang ditanyangkanppun bermacam – macam, mulai dari Film yang
sudah tidak laris dipasaran dan yang beberapa bulan terakhir rilis.
Dunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun
sudah berada di hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam chenel
TV. Salah satunya Film Horor, memiliki pengaruh yang sangat berbahaya dalam
merusak pendidikan anak.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka Penyusun dalam makalah ini akan membahas tentang “Pengaruh Film
Horor Terhadap Pola Pikir Anak Usia
Dibawah Umur".
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka
Penyusun mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pengaruh film horor terhadap perilaku anak usia dibawah
umur.
2. Sifat dan perilaku anak usia dibawah umur.
3. Peranan orang tua terhadap perilaku anak.
C.
Pembatasan
dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mempunyai tujuan untuk membatasi ruang lingkup masalah, masalah yang akan diteliti Penyusun dibatasi pada pengaruh film horor terhadap anak usia dibawah umur.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah mempunyai tujuan untuk
membatasi ruang lingkup masalah agar penelitian terarah dan tidak terjadi
penyimpangan. Perumusan masalah ini diantaranya :
a. Apakah
Film horor berdampak buruk terhadap perilaku anak usia dibawah umur?
b. Apa
saja peranan orang tua untuk mengarahkan perilaku anaknya?
c. Bagaimana
cara anak agar tidak terpengaruh oleh tayangan film horor yang ditontonnya?
D.
Tujuan
Penulisan
Penyusunan makalah yang
Penyusun lakukan bertujuan untuk :
1. Tujuan
umum penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pengetauan tentang pengaruh
film horor terhadap pola pikir anak usia dibawah umur
2. Tujuan
khusus penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
E. Metodelogi Penulisan
Pada
makalah ini, Penyusun menggunakan metode study pustaka. yaitu dengan cara
mempelajari dan menelaah buku-buku dan bahan bacaan dari internet yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh Penyusun.
F. Kegunaan Penulisan
Penyusun mengharapkan
penyusunan makalah ini berguna untuk ;
2. Menambah
pengetahuan bagi pembaca mengenai dampak
Globalisasi.
3. Memberi pengetahuan kepada orang tua cara sedini mungkin
untuk mengatasi dampak globalisasi terhadap anak mereka.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMECAHAN MASALAH
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat film horor
1.
Pengertian film horor
Film horor
adalah film
yang berusaha untuk memancing emosi
berupa ketakutan dan
rasa ngeri dari penontonnya. Alur cerita mereka sering melibatkan
tema-tema kematian, supranatural,
atau penyakit mental. Banyak cerita film horor
yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis
tertentu yang jahat.
2.
Faktor pendorong
menonton film horor
Seorang profesor psikologi
dari Universitas Utrecht, Belanda, Jeffrey Goldstein, yang merupakan editor
buku Why We Watch mengatakan bahwa orang menonton film horor karena
memang ingin ditakut-takuti. Jika tidak, mereka tidak akan melakukannya dua
kali. Pendapat lain dari David Rudd, dekan College of Social and Behavioral
Science, mengatakan bahwa orang menyukai ketakutan dan berusaha mencari
ketakutan lewat film horor karena mereka tahu ketakutan yang mereka rasakan itu
palsu.
Para peneliti di University of Augsburg
di Jerman dan di University of Wisconsin-Madison juga meneliti apa yang membuat
beberapa orang begitu menikmati film-film horor. Mereka melakukan penelitian
pada 482 orang berusia 18 – 82 tahun. Peserta diminta untuk melihat cuplikan
film horor dengan berbagai tingkat kekerasan. Para peserta diminta menilai
seberapa besar keinginan mereka menonton film dalam cuplikan dari awal sampai
akhir. Hasilnya, ternyata kesenangan hanya merupakan sebagian tujuan orang
menonton film horor. Orang cenderung lebih memilih film horor yang dirasa
bermanfaat baginya dalam menghadapi situasi dan kekerasan di dunia nyata.
3.
Jenis-jenis film horor
a. Horror-of-personality
Horror-of-personality adalah
jenis (film) horor yang tak lagi menokohkan karakter-karakter mitis sebagai
sumber horornya. Dalam horror jenis ini, objek horor bukan lagi sosok
berciri monster, tapi manusia biasa yang kelihatan normal dan biasanya baru
pada bagian akhir cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal,
film-film jenis ini memberikan tekanan pada tema-tema psikologi aliran Freud
dan seks.
b. Horror-of-the-Armageddon
Horror-of-the-Armageddon adalah
jenis film horor yang memetik arketip kisah/mitologi biblikal tentang kiamat.
Namun, dalam film, arketip ini diambil melewati rute perkembangan film-film sci-fi pada 1950-an. Salah satu
pelopor subgenre ini, menurut Derry, adalah The Birds (1963, Alfred Hitchcock).
c. Horror-of-the-Demonic
Horror-of-the-Demonic adalah jenis film
yang paling dikenal dalam khasanah horor. Derry mengungkapkan bahwa film horor
jenis ini:
“Menawarkan
tema tentang dunia yang buruk karena kuasa Setan ada di dunia, dan selalu
mengancam kehidupan mat manusia. Kuasa Setan/Kejahatan itu bisa hanya berupa
penampakan spiritual belaka, seperti dalam Don’t Look Now (1973, Nicolas
Roeg)”
4.
Dampak film horor
a. Dampak negatif
Tayangan Film horor bagi anak-anak jelas-jelas mempunyai pengaruh yang
tidak selalu mengarah ke positif. Adegan tayangan yang penuh dengan aroma
pembunuhan,pembantaian,eksekusi,deg-degan dan rasa takut,akan hantu-hantu yang
mesterius, perasaan mistis, dan tekanan-tekanan mental lainnnya akan ikut
mempengaruhi dan membentuk karakteriskstik serta kepribadian seorang anak.
Film horor
yang mempunyai banyak muatan mesterius akan banyak mempengaruhi kepribadian
seorang anak. Anak-anak yang selalu dihadapkan dengan suatu hal yang mesterius
akan membentuk karakter kepribadian yang penakut, minder dan tidak percaya
diri. Dalam Film horor pasti ada sesuatu yang mesterius, baik itu dengan hantu
dan aroma pembunuhan,eksekusi,dan gambaran-gambaran jeritan ketakutan. Adegan
itu akan membuat seseorang, apalagi anak-anak akan merasa ketakutan.
b. Dampak
fositif
Film Horor ini juga punya dampak positif terutama Wanita yang mungkin lebih
mendapat chemistry atau lebih mendapat kontakan batin langsung. Penelitian
menunjukkan bahwa saat seorang perempuan menonton film horor, otak akan
mengeluarkan neurotransmitter dopamin, glutamate, dan serotonin.Nah untuk Dopamin sendiri memiliki banyak fungsi di otak,
termasuk peran penting dalam perilaku dan kognisi, gerakan sukarela, motivasi
dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam laktasi),
tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar,sedangkan
Glutamate dalam makanan dengan cepat dimetaboliskan dan digunakan
sebagai sumber energi.artinya jika menonton film horor dapat meningkatkan
metabolisme glutamat untuk penghasilan energi,sedangkan Serotonin
merupakan neurotransmiter yang bertanggung jawab terhadap transfer
impuls-impuls syaraf ke otak. Serotonin juga berperan dalam menginduksi rasa
kantuk dan relaksasi serta memiliki efek meredakan rasa sakit (pain-killing
effect). Fungsi serotonin dalam tubuh adalah
sebagai modulator kapasitas kerja otak, termasuk juga regulasi stabilitas
emosi, daya tangkap dan regulasi selera makan.
B.
Hakikat Anak
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai
usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi
yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tersebut.
Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak
prasekolah adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya
mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya
mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play
group). Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian
anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang
tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.27 Hal ini sesuai dengan
ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan
dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.
2. Faktor-faktor pendorong
a. Faktor pendorong anak bersikap agresif
Bagaimanakah perlakuan seorang anak yang agresif? Pada
lumrahnya, sebarang tingkah laku yang menyakiti orang lain secara fizikal
adalah kekasaran atau keganasan. Contohnya menendang, memukul, dan menumbuk.
Menjerit dan sikap suka memaksa juga merupakan tingkah laku yang boleh membawa
kepada kekasaran dan keganasan. Tetapi jika anda dapati anak anda suka
menendang, memukul, menumbuk, menjerit dan memaksa, jangan pula membuta tuli
mengatakan bahawa anak anda adalah seorang yang agresif sebelum anda mengetahui
sebab mengapa anak anda bersikap demikian.
b. Faktor Pendorong Belajar
1.
Faktor internsik
Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya
sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada
suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari
diri pribadi sendiri.
2.
Faktor eksternsik
Faktor enkstren ini ialah yang mana faktor pendorong
siswa dalam belajar ini muncul dari bimbingan oang lain atau motivasi muncul
dari orang lain, tidak dai diri sendiri.
3. Bentuk-bentuk anak usia dini
Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2000)
pengertian anak usia dini adalah anak usia dini 0-6 tahun, yang merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini juga diartikan sebagai anak prasekolah.
Menurut Biechler dan Snowman (1993) dalam Patmonodewo (2000 ) adalah mereka
yang berusia antara 3 – 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah.
Sedangkan di Indonesia, umumnya
mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 – 5 tahun) dan Kelompok
Bermain (Usia 3 Tahun) sedangkan pada usia 4 – 6 tahun biasanya mereka
mengikuti program Taman Kanak-kanak. Dalam pandangan mutahkir (Solehuddin,
1997) istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar 0 – 8 tahun.
Kalau dilihat dari fase-fase
pendidikan yang ditempuh oleh anak Indonesia, maka yang termasuk kedalam
kelompok Anak usia dini adalah anak Sekolah Dasar kelas rendah (kelas 1 – 3),
Taman kanak- kanak (TK), Kelompok Bermain (Play Group) dan anak masa sebelumnya
(masa bayi).
4. Proses terjadinya
a. Balita
Bayi mempunyai kaki namun belum bisa berjalan dan mempunyai tangan namun
belum dapat memegang dengan baik. Bayi memperoleh makanan dan minuman dari ASI
(air susu ibu). Seiring dengan bertambahnya usia, organ-organ pada bayi juga
akan berkembang. Pada usia 1 atau 2 tahun, bayi akan mulai belajar berjalan dan
mengendalikan fungsi anggota tubuh lainnya seperti tangan, kepala, mulut. Organ-organ tersebut
akan semakin matang pada saat usia anakanak. Pada saat usia masuk sekolah
(sekitar usia 5 tahun)
b. Anak-anak
Masa anak-anak, yaitu usia 5 hingga 12 tahun. Dalam periode ini,
pertumbuhan fisik mulai meningkat baik tinggi badan maupun berat badan disertai
perkembangan koordinasi otot-otot dan kemampuan mental. Beberapa anak dapat
membaca angka-angka dan huruf-huruf tertentu. Di atas usia ini, anak telah
berkembang dalam kemampuan berbicara, menulis, membaca, dan beralasan. Pada
usia yang sama, anak telah matang emosinya dan belajar bagaimana bergaul dengan
orang lain.
c. Remaja
Masa remaja ditandai dengan kematangan
organ reproduksi. Perubahan fisik yang terjadi merupakan tanda
kematangan organ-organ reproduksi. Pada umumnya, organ reproduksi anak
perempuan lebih cepat matang dibandingkan organ reproduksi anak laki-laki.
Beberapa tanda matangnya organ reproduksi pada anak perempuan adalah tumbuhnya
rambut di daerah kemaluan, membesarnya buah dada, dan terjadi menstruasi.
Adapun pada anak laki-laki, tampak dari membesarnya jakun (sehingga suara
menjadi besar), tumbuhnya rambut di wajah, otot-otot membesar, dan mimpi yang
diiringi dengan keluarnya sperma (mimpi basah).
Penyebab munculnya pubertas adalah karena kerja hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (pada perempuan) dan testosteron yang dihasilkan testis (pada anak laki-laki). Akibatnya, organ-organ reproduksi berfungsi dan tubuhmu mengalami perubahan. Salah satu ciri pubertas pada anak perempuan adalah menstruasi.
Penyebab munculnya pubertas adalah karena kerja hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (pada perempuan) dan testosteron yang dihasilkan testis (pada anak laki-laki). Akibatnya, organ-organ reproduksi berfungsi dan tubuhmu mengalami perubahan. Salah satu ciri pubertas pada anak perempuan adalah menstruasi.
d. Dewasa
Setelah melewati masa remaja, akan memasuki masa dewasa sebagai tahapan
selanjutnya dari perkembangan manusia. Pada masa ini pertumbuhan tubuhmu
mencapai ukuran maksimal. Tinggi badan akan terhenti pada usia sekitar dua
puluh tahunan. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan terus berkembang,
berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal keterampilan, dan
aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial, dan terus berprestasi.
e. Masa Tua
Segala potensi pada masa dewasa akan mengalami
kemunduran ketika memasuki masa tua. Ini terjadi pada usia sekitar 60 – 65
tahun. Tubuh semakin rentan, wajah dan tangan mulai keriput, kesehatan menurun,
kecerdasan menurun. Bahkan pada
usia lanjut orang mudah lupa dan membutuhkan banyak istirahat, sehingga lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Pada masa ini aktivitasnya menurun dan mulai sulit
melakukan kegiatan sehari-hari.
C. Kajian teori
Pengaruh
Tayangan Film Horor Bagi Anak Usia Dini. Tengoklah
tayangan yang melintas bebas di layar televisi. Tayangan "sampah"
sekali pun bisa dinikmati anak-anak dengan mudah. Salah satu tayangan yang
berisiko tinggi bagi perkembangan mental anak adalah film horor. Nyatanya, film
horor memang dibuat untuk menakut-nakuti penontonnya. Saat penonton bisa
berteriak histeris menyaksikan adegan berdarah, maka film itu dianggap sukses.
Waspadalah, ketakutan yang dihasilkan film horor bisa membekas selama bertahun-tahun dalam hidup seseorang. Penelitian National Institute of Mental Health di Amerika Serikat menyatakan, tayangan film horor berdampak buruk bagi perkembangan kejiwaan anak. Rani Rajak I Noe'man selaku konselor dan psikolog anak dari Yayasan Kita dan Buah Hati.
Waspadalah, ketakutan yang dihasilkan film horor bisa membekas selama bertahun-tahun dalam hidup seseorang. Penelitian National Institute of Mental Health di Amerika Serikat menyatakan, tayangan film horor berdampak buruk bagi perkembangan kejiwaan anak. Rani Rajak I Noe'man selaku konselor dan psikolog anak dari Yayasan Kita dan Buah Hati.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Bagi anak usia dini menonton tayangan
televisi, terutama Film horor, jika terlalu sering sangatlah berbahaya karena
dapat mempengaruhi pola pikir anak usia dini tersebut. Pada makalah ini penulis
menjelaskan dampak negatif dan positif menonton Film horor di televisi, bahkan
cara agar anak tidak terpengaruh Film horor bagi anak usia dini.
A.
Dampak buruk film horor terhadap anak dibawah umur
1. Menganggap
Benar
Anak yang terbiasa menonton film
horor atau mistik akan menganggap apa yang mereka lihat adalah benar, tak bisa
membedakan mana yang nyata dan rekaan semata. "Mereka
menginternalisasikannya ke dalam belief system sehingga setelah dewasa percaya
klenik," jelas Rani pada acara kampanye "Lindungi Keluarga" di
Jakarta, baru-baru ini.
2. Perilaku
Berubah
Perilaku anak bisa berubah.
Contohnya, kecemasan, ketakutan berkepanjangan, dan mimpi buruk. Isi film horor
sebagian besar adegan kekerasan dan kejahatan berdarah. Anak terobsesi
menirunya yang cenderung membahayakan dirinya dan orang lain.
3. Jangka
Panjang
Dampak psikologisnya bisa berjangka
panjang. Dampak ini mempengaruhi rasa percaya diri anak. Menurut Steve Wollin
dalam buku "Resileince Self", manusia lahir tanpa jati diri dan jati
diri dibentuk dari pantulan ekspresi-ekspresi wajah yang dilihatnya. "Jika
anak-anak selalu melihat ekspresi wajah marah atau menakutkan, maka mereka
merasa diri tidak layak dicintai,"
4. Prestasi
Akademik
Dampak pada prestasi akademiknya,
anak jadi kurang tidur dan rasa cemas berkepanjangan. Akibat yang ditimbulkan
adalah menurunnya konsentrasi dan kemampuan mengendalikan diri hingga mereka
tidak dapat belajar optimal.
B.
Peranan
orang tua untuk mengarahkan perilaku anak
Banyak langkah pintar yang bisa dilakukan orangtua
untuk mencegah anak terkena dampak tayangan negatif seperti itu, misalnya sbb.:
1. Pahami
status tontonan, misalnya status tayangan BO (Bimbingan Orangtua) untuk anak
usia di atas 13 tahun sementara status DW untuk usia di atas 21 tahun.
2. Pilihkan
tayangan sesuai usia anak.
3. Dampingi
anak saat menonton, ingatkan atau bekali anak dengan pengetahuan tentang dampak
buruk tontonan horor dan kekerasan.
4. Diskusikan
dengan anak-anak tentang tayangan yang membuat mereka tidak nyaman atau
menakutkan. Orangtua atau seorang ibu misalnya, bisa mengatakan pada anak.
5. Ajak anak
melakukan kegiatan yang bersifat fisik untuk menghindarkannya duduk pasif di
depan layar televisi.Lantas, bagaimana kalau anak telanjur melihat tontonan
tersebut? Intinya komunikasi. Kemudian, orangtua jangan menampakkan ekspresi
takut di depan anak saat mereka menakuti-nakuti. Ya, pura-pura beranilah.
C.
Cara agar anak tidak
terpengaruh film horor
anak harus dibiasakan berpikir realistis dan logis
agar level ketakutannya pada hal-hal mistis menurun. Misalnya seorang ibu
mengatakan, "Setan itu memang ada, tapi tidak bisa kita lihat. Ibu juga
tidak bisa lihat. Dan setan memang bertugas menggoda manusia untuk berbuat tidak
baik." Turunkan pula level ketakutan anak dengan menjadikan diri orangtua
sebagai cermin pengalamannya. Misalnya dengan mengatakan, "Sampai saat ini
saja ibu tidak pernah lihat hantu.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
dari semua penjelasan di atas di atas saya dapat menyimpulkan bahwa
tayangan film horor kurang baik terhadap pola pikir anak usia dini karena dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap seorang
B. Saran
Orang tua
yang bijaksana akan selalu memilih dan memilah mana tayangan yang terbaik dan
paling baku atau bersifat mendidik yang layak untuk anak-anak dan mana yang
kurang layak untuk dinonton dapat di protect atau langsung di non aktifkan.
Film horor yang membawa banyak efek negatif selayaknya orang tua dapat memberi
pemahaman terhadap anak untuk melihat Film yang lebih pantas dengan ajakan
yanng lebih membangun dan ritme bahasa yang tidak birokratis.apa lagi sekarang
film horor indonesia banyak mengandung gambaran-gambaran nafsu atau pengumbar
hawa nafsu,jika tidak dihindarkan dapat membenntuk kepribadian aneh dengan
sikap dan gairah
seksual yang tinggi ini akan menyebabkan pendewasaan dini, dan menyebabkan
pengaruh luas terhadap dasar pemikiran si anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ameeneducare.com/index.php/2012-12-17-20-47-49/87-5-faktor-pendorong-anak-bersikap-agresif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar