Minggu, 06 April 2014

Makalah PKN


PENGARUH FILM HOROR DI TELEVISI TERHADAP POLA PIKIR ANAK USIA DINI

Makalah
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
        Disusun oleh :
Nama             : Puji Nurdiah
NISN              : 9966490922
Kelas              : XII.IPA 6
Program         :  IPA
DINAS PENDIDIKANKABUPATEN BEKASI
 SMA NEGERI 1 CIBARUSAH
Jalan Raya Cibarusah- KabupatenBekasi
2013 - 2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Globalilasi merupakan arus keterbukaan, komunikasi, dan transportasi antar bangsa dan negara seolah olah tidak ada jaraknya karena perkembangan iptek yang semakin canggih dan sangat mudah diakses, baik oleh orang yang sudah dikategorikan dewasa mupun anak – anak yang masih dibawah umur.
Proses Globasisasi yang sangat pesat juga berpengaruh terhadap tayangan Televisi di indonesia, tak jarang industri pertelevisian di indonessia menayangkan bergagai macam judul Film di tiap minggunya. Film yang ditanyangkanppun bermacam – macam, mulai dari Film yang sudah tidak laris dipasaran dan yang beberapa bulan terakhir rilis.
Dunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam chenel TV. Salah satunya Film Horor, memiliki pengaruh yang sangat berbahaya dalam merusak pendidikan anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Penyusun dalam makalah ini akan membahas tentang “Pengaruh Film Horor Terhadap Pola Pikir  Anak Usia Dibawah Umur".

B.   Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka Penyusun mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.    Pengaruh film horor terhadap perilaku anak usia dibawah umur.
2.    Sifat dan perilaku anak usia dibawah umur.
3.    Peranan orang tua terhadap perilaku anak.

C.   Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mempunyai tujuan untuk membatasi ruang lingkup masalah, masalah yang akan diteliti Penyusun dibatasi pada pengaruh film horor terhadap anak usia dibawah umur.


2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah mempunyai tujuan untuk membatasi ruang lingkup masalah agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan. Perumusan masalah ini diantaranya :
a.  Apakah Film horor berdampak buruk terhadap perilaku anak usia dibawah umur?
b.  Apa saja peranan orang tua untuk mengarahkan perilaku anaknya?
c.   Bagaimana cara anak agar tidak terpengaruh oleh tayangan film horor yang ditontonnya?

D.   Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah yang Penyusun lakukan bertujuan untuk :
1.  Tujuan umum penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pengetauan tentang pengaruh film horor terhadap pola pikir anak usia dibawah umur
2.  Tujuan khusus penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu  tugas akhir mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


E. Metodelogi Penulisan
Pada makalah ini, Penyusun menggunakan metode study pustaka. yaitu dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku dan bahan bacaan dari internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh Penyusun.
        F. Kegunaan Penulisan
            Penyusun mengharapkan penyusunan makalah ini berguna untuk ;
2.    Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai dampak    Globalisasi.
3.    Memberi pengetahuan kepada orang tua cara sedini mungkin untuk mengatasi dampak globalisasi terhadap anak mereka.
       G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMECAHAN MASALAH
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA


 

BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Hakikat film horor
1.    Pengertian film horor
Film horor adalah film yang berusaha untuk memancing emosi berupa ketakutan dan rasa ngeri dari penontonnya. Alur cerita mereka sering melibatkan tema-tema kematian, supranatural, atau penyakit mental. Banyak cerita film horor yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis tertentu yang jahat.
2.     Faktor pendorong menonton film horor
Seorang profesor psikologi dari Universitas Utrecht, Belanda, Jeffrey Goldstein, yang merupakan editor buku Why We Watch mengatakan bahwa orang menonton film horor karena memang ingin ditakut-takuti. Jika tidak, mereka tidak akan melakukannya dua kali. Pendapat lain dari David Rudd, dekan College of Social and Behavioral Science, mengatakan bahwa orang menyukai ketakutan dan berusaha mencari ketakutan lewat film horor karena mereka tahu ketakutan yang mereka rasakan itu palsu.
Para peneliti di University of Augsburg di Jerman dan di University of Wisconsin-Madison juga meneliti apa yang membuat beberapa orang begitu menikmati film-film horor. Mereka melakukan penelitian pada 482 orang berusia 18 – 82 tahun. Peserta diminta untuk melihat cuplikan film horor dengan berbagai tingkat kekerasan. Para peserta diminta menilai seberapa besar keinginan mereka menonton film dalam cuplikan dari awal sampai akhir. Hasilnya, ternyata kesenangan hanya merupakan sebagian tujuan orang menonton film horor. Orang cenderung lebih memilih film horor yang dirasa bermanfaat baginya dalam menghadapi situasi dan kekerasan di dunia nyata.
3.    Jenis-jenis film horor
a.  Horror-of-personality
Horror-of-personality adalah jenis (film) horor yang tak lagi menokohkan karakter-karakter mitis sebagai sumber horornya. Dalam horror  jenis ini, objek horor bukan lagi sosok berciri monster, tapi manusia biasa yang kelihatan normal dan biasanya baru pada bagian akhir cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal, film-film jenis ini memberikan tekanan pada tema-tema psikologi aliran Freud dan seks.
b.  Horror-of-the-Armageddon
Horror-of-the-Armageddon adalah jenis film horor yang memetik arketip kisah/mitologi biblikal tentang kiamat. Namun, dalam film, arketip ini diambil melewati rute perkembangan film-film sci-fi pada 1950-an. Salah satu pelopor subgenre ini, menurut Derry, adalah The Birds (1963, Alfred Hitchcock).
c.   Horror-of-the-Demonic
Horror-of-the-Demonic adalah jenis film yang paling dikenal dalam khasanah horor. Derry mengungkapkan bahwa film horor jenis ini:
Menawarkan tema tentang dunia yang buruk karena kuasa Setan ada di dunia, dan selalu mengancam kehidupan mat manusia. Kuasa Setan/Kejahatan itu bisa hanya berupa penampakan spiritual belaka, seperti dalam Don’t Look Now (1973, Nicolas Roeg)”

4.    Dampak film horor
a. Dampak negatif
Tayangan Film horor bagi anak-anak jelas-jelas mempunyai pengaruh yang tidak selalu mengarah ke positif. Adegan tayangan yang penuh dengan aroma pembunuhan,pembantaian,eksekusi,deg-degan dan rasa takut,akan hantu-hantu yang mesterius, perasaan mistis, dan tekanan-tekanan mental lainnnya akan ikut mempengaruhi dan membentuk karakteriskstik serta kepribadian seorang anak.
Film horor yang mempunyai banyak muatan mesterius akan banyak mempengaruhi kepribadian seorang anak. Anak-anak yang selalu dihadapkan dengan suatu hal yang mesterius akan membentuk karakter kepribadian yang penakut, minder dan tidak percaya diri. Dalam Film horor pasti ada sesuatu yang mesterius, baik itu dengan hantu dan aroma pembunuhan,eksekusi,dan gambaran-gambaran jeritan ketakutan. Adegan itu akan membuat seseorang, apalagi anak-anak akan merasa ketakutan.
b. Dampak fositif
Film Horor ini juga punya dampak positif terutama Wanita yang mungkin lebih mendapat chemistry atau lebih mendapat kontakan batin langsung. Penelitian menunjukkan bahwa saat seorang perempuan menonton film horor, otak akan mengeluarkan neurotransmitter dopamin, glutamate, dan serotonin.Nah untuk Dopamin sendiri memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan kognisi, gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam laktasi), tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar,sedangkan Glutamate  dalam makanan dengan cepat dimetaboliskan dan digunakan sebagai sumber energi.artinya jika menonton film horor dapat meningkatkan metabolisme glutamat untuk penghasilan energi,sedangkan  Serotonin merupakan neurotransmiter yang bertanggung jawab terhadap transfer impuls-impuls syaraf ke otak. Serotonin juga berperan dalam menginduksi rasa kantuk dan relaksasi serta memiliki efek meredakan rasa sakit (pain-killing effect). Fungsi serotonin dalam tubuh adalah sebagai modulator kapasitas kerja otak, termasuk juga regulasi stabilitas emosi, daya tangkap dan regulasi selera makan. 

B.    Hakikat Anak
1.    Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.27 Hal ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

2.    Faktor-faktor pendorong
a.    Faktor pendorong anak bersikap agresif
Bagaimanakah perlakuan seorang anak yang agresif? Pada lumrahnya, sebarang tingkah laku yang menyakiti orang lain secara fizikal adalah kekasaran atau keganasan. Contohnya menendang, memukul, dan menumbuk. Menjerit dan sikap suka memaksa  juga merupakan tingkah laku yang boleh membawa kepada kekasaran dan keganasan. Tetapi jika anda dapati anak anda suka menendang, memukul, menumbuk, menjerit dan memaksa, jangan pula membuta tuli mengatakan bahawa anak anda adalah seorang yang agresif sebelum anda mengetahui sebab mengapa  anak anda bersikap demikian.
b.    Faktor Pendorong Belajar
1.    Faktor internsik
Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri.
2.    Faktor eksternsik
Faktor enkstren ini ialah yang mana faktor pendorong siswa dalam belajar ini muncul dari bimbingan oang lain atau motivasi muncul dari orang lain, tidak dai diri sendiri.

3.    Bentuk-bentuk anak usia dini
Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2000) pengertian anak usia dini adalah anak usia dini 0-6 tahun, yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya.  Anak usia dini juga diartikan sebagai anak prasekolah. Menurut Biechler dan Snowman (1993) dalam Patmonodewo (2000 ) adalah mereka yang berusia antara 3 – 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 – 5 tahun) dan Kelompok Bermain (Usia 3 Tahun) sedangkan pada usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak. Dalam pandangan mutahkir (Solehuddin, 1997) istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar 0 – 8 tahun.
Kalau dilihat dari fase-fase pendidikan yang ditempuh oleh anak Indonesia, maka yang termasuk kedalam kelompok Anak usia dini adalah anak Sekolah Dasar kelas rendah (kelas 1 – 3), Taman kanak- kanak (TK), Kelompok Bermain (Play Group) dan anak masa sebelumnya (masa bayi).

4.    Proses terjadinya
a.    Balita
Bayi mempunyai kaki namun belum bisa berjalan dan mempunyai tangan namun belum dapat memegang dengan baik. Bayi memperoleh makanan dan minuman dari ASI (air susu ibu). Seiring dengan bertambahnya usia, organ-organ pada bayi juga akan berkembang. Pada usia 1 atau 2 tahun, bayi akan mulai belajar berjalan dan mengendalikan fungsi anggota tubuh lainnya seperti tangan, kepala, mulut. Organ-organ tersebut akan semakin matang pada saat usia anakanak. Pada saat usia masuk sekolah (sekitar usia 5 tahun)
b.    Anak-anak
Masa anak-anak, yaitu usia 5 hingga 12 tahun. Dalam periode ini, pertumbuhan fisik mulai meningkat baik tinggi badan maupun berat badan disertai perkembangan koordinasi otot-otot dan kemampuan mental. Beberapa anak dapat membaca angka-angka dan huruf-huruf tertentu. Di atas usia ini, anak telah berkembang dalam kemampuan berbicara, menulis, membaca, dan beralasan. Pada usia yang sama, anak telah matang emosinya dan belajar bagaimana bergaul dengan orang lain.
c.    Remaja
Masa remaja ditandai dengan kematangan organ reproduksi. Perubahan fisik yang terjadi merupakan tanda kematangan organ-organ reproduksi. Pada umumnya, organ reproduksi anak perempuan lebih cepat matang dibandingkan organ reproduksi anak laki-laki. Beberapa tanda matangnya organ reproduksi pada anak perempuan adalah tumbuhnya rambut di daerah kemaluan, membesarnya buah dada, dan terjadi menstruasi. Adapun pada anak laki-laki, tampak dari membesarnya jakun (sehingga suara menjadi besar), tumbuhnya rambut di wajah, otot-otot membesar, dan mimpi yang diiringi dengan keluarnya sperma (mimpi basah).
Penyebab munculnya pubertas adalah karena kerja hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (pada perempuan) dan testosteron yang dihasilkan testis (pada anak laki-laki). Akibatnya, organ-organ reproduksi berfungsi dan tubuhmu mengalami perubahan. Salah satu ciri pubertas pada anak perempuan adalah menstruasi.
d.    Dewasa
Setelah melewati masa remaja, akan memasuki masa dewasa sebagai tahapan selanjutnya dari perkembangan manusia. Pada masa ini pertumbuhan tubuhmu mencapai ukuran maksimal. Tinggi badan akan terhenti pada usia sekitar dua puluh tahunan. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan terus berkembang, berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal keterampilan, dan aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial, dan terus berprestasi.
e.    Masa Tua
Segala potensi pada masa dewasa akan mengalami kemunduran ketika memasuki masa tua. Ini terjadi pada usia sekitar 60 – 65 tahun. Tubuh semakin rentan, wajah dan tangan mulai keriput, kesehatan menurun, kecerdasan menurun. Bahkan pada usia lanjut orang mudah lupa dan membutuhkan banyak istirahat, sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Pada masa ini aktivitasnya menurun dan mulai sulit melakukan kegiatan sehari-hari.
C.   Kajian teori
 Pengaruh Tayangan Film Horor Bagi Anak Usia Dini. Tengoklah tayangan yang melintas bebas di layar televisi. Tayangan "sampah" sekali pun bisa dinikmati anak-anak dengan mudah. Salah satu tayangan yang berisiko tinggi bagi perkembangan mental anak adalah film horor. Nyatanya, film horor memang dibuat untuk menakut-nakuti penontonnya. Saat penonton bisa berteriak histeris menyaksikan adegan berdarah, maka film itu dianggap sukses.
Waspadalah, ketakutan yang dihasilkan film horor bisa membekas selama bertahun-tahun dalam hidup seseorang. Penelitian National Institute of Mental Health di Amerika Serikat menyatakan, tayangan film horor berdampak buruk bagi perkembangan kejiwaan anak. Rani Rajak I Noe'man selaku konselor dan psikolog anak dari Yayasan Kita dan Buah Hati.


BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Bagi anak usia dini menonton tayangan televisi, terutama Film horor, jika terlalu sering sangatlah berbahaya karena dapat mempengaruhi pola pikir anak usia dini tersebut. Pada makalah ini penulis menjelaskan dampak negatif dan positif menonton Film horor di televisi, bahkan cara agar anak tidak terpengaruh Film horor bagi anak usia dini.
A.   Dampak buruk film horor terhadap anak dibawah umur
1.    Menganggap Benar
Anak yang terbiasa menonton film horor atau mistik akan menganggap apa yang mereka lihat adalah benar, tak bisa membedakan mana yang nyata dan rekaan semata. "Mereka menginternalisasikannya ke dalam belief system sehingga setelah dewasa percaya klenik," jelas Rani pada acara kampanye "Lindungi Keluarga" di Jakarta, baru-baru ini.
2.    Perilaku Berubah
Perilaku anak bisa berubah. Contohnya, kecemasan, ketakutan berkepanjangan, dan mimpi buruk. Isi film horor sebagian besar adegan kekerasan dan kejahatan berdarah. Anak terobsesi menirunya yang cenderung membahayakan dirinya dan orang lain.
3.    Jangka Panjang
Dampak psikologisnya bisa berjangka panjang. Dampak ini mempengaruhi rasa percaya diri anak. Menurut Steve Wollin dalam buku "Resileince Self", manusia lahir tanpa jati diri dan jati diri dibentuk dari pantulan ekspresi-ekspresi wajah yang dilihatnya. "Jika anak-anak selalu melihat ekspresi wajah marah atau menakutkan, maka mereka merasa diri tidak layak dicintai,"
4.    Prestasi Akademik
Dampak pada prestasi akademiknya, anak jadi kurang tidur dan rasa cemas berkepanjangan. Akibat yang ditimbulkan adalah menurunnya konsentrasi dan kemampuan mengendalikan diri hingga mereka tidak dapat belajar optimal.

B.   Peranan orang tua untuk mengarahkan perilaku anak
Banyak langkah pintar yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah anak terkena dampak tayangan negatif seperti itu, misalnya sbb.:
1.    Pahami status tontonan, misalnya status tayangan BO (Bimbingan Orangtua) untuk anak usia di atas 13 tahun sementara status DW untuk usia di atas 21 tahun.
2.    Pilihkan tayangan sesuai usia anak.
3.    Dampingi anak saat menonton, ingatkan atau bekali anak dengan pengetahuan tentang dampak buruk tontonan horor dan kekerasan.
4.    Diskusikan dengan anak-anak tentang tayangan yang membuat mereka tidak nyaman atau menakutkan. Orangtua atau seorang ibu misalnya, bisa mengatakan pada anak.
5.    Ajak anak melakukan kegiatan yang bersifat fisik untuk menghindarkannya duduk pasif di depan layar televisi.Lantas, bagaimana kalau anak telanjur melihat tontonan tersebut? Intinya komunikasi. Kemudian, orangtua jangan menampakkan ekspresi takut di depan anak saat mereka menakuti-nakuti. Ya, pura-pura beranilah.

C.   Cara agar  anak tidak terpengaruh film horor
anak harus dibiasakan berpikir realistis dan logis agar level ketakutannya pada hal-hal mistis menurun. Misalnya seorang ibu mengatakan, "Setan itu memang ada, tapi tidak bisa kita lihat. Ibu juga tidak bisa lihat. Dan setan memang bertugas menggoda manusia untuk berbuat tidak baik." Turunkan pula level ketakutan anak dengan menjadikan diri orangtua sebagai cermin pengalamannya. Misalnya dengan mengatakan, "Sampai saat ini saja ibu tidak pernah lihat hantu.



BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.   Simpulan
dari semua penjelasan di atas di atas saya dapat menyimpulkan bahwa tayangan film horor kurang baik terhadap pola pikir anak usia dini karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap seorang

B.   Saran
Orang tua yang bijaksana akan selalu memilih dan memilah mana tayangan yang terbaik dan paling baku atau bersifat mendidik yang layak untuk anak-anak dan mana yang kurang layak untuk dinonton dapat di protect atau langsung di non aktifkan. Film horor yang membawa banyak efek negatif selayaknya orang tua dapat memberi pemahaman terhadap anak untuk melihat Film yang lebih pantas dengan ajakan yanng lebih membangun dan ritme bahasa yang tidak birokratis.apa lagi sekarang film horor indonesia banyak mengandung gambaran-gambaran nafsu atau pengumbar hawa nafsu,jika tidak dihindarkan dapat membenntuk kepribadian aneh dengan sikap dan gairah seksual yang tinggi ini akan menyebabkan pendewasaan dini, dan menyebabkan pengaruh luas terhadap dasar pemikiran si anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ameeneducare.com/index.php/2012-12-17-20-47-49/87-5-faktor-pendorong-anak-bersikap-agresif